Tanggal 15 Januari menjadi salah satu hari yang akan diingat dalam sejarah perdagangan forex sebagai salah satu hari yang cukup ‘menggemparkan’ bagi para pelaku pasar pada saat itu. Bank sentral Swiss (Swiss National Bank – SNB) menggoncang nilai tukar Franc Swiss atau CHF terhadap beberapa mata uang utama lainnya, salah satunya terhadap euro.
Pada awal sesi Eropa tanggal 15 Januari 2015 lalu, SNB mengeluarkan pernyataan resmi di situs mereka yang menyatakan bahwa mereka akan menetapkan kebijakan selama 3,25 tahun.
“Penilaian dan pandangan pasar terhadap nilai tukar Franc swiss saat ini sangat berlebihan dan meninmbulkan kekhawatiran terhadap ekonomi Swiss dan dikhawatirkan akan membawa resiko deflasi. Oleh karena itu, bank sentral akan melakukan langkah untuk melemahkan nilai tukar franc swiss secara subtansial dan berkelanjutan”.
Kebingungan para pelaku pasar setelah SNB menghapus acuan dan memangkas suku bunga menyebabkan mata uang CHF menguat cukup signitifikan di tengah ketidakpastian ekonomi, melambung ke tingkat yang belum pernah tersentuh sebelumnya terhadap beberapa mata uang utama lainnya.
Anda mungkin ingin tahu mengapa peristiwa ini menjadi “masalah besar” bagi pasar forex saat itu. Berikut merupakan pernyataan dari pejabat tinggi SNB :
“Kami sudah menyusun apa yang akan kami lakukan dalam sebulan terakhir, dan kami melihat semua data dan parameter yang ada. Dengan mempertimbangkan berbagai hal, kami yakin bahwa nilai tukar harus tetap berada di kisaran rendah dan menjadi dasar dari penyusunan kebijakan moneter kami.”
Setelah bank sentral Swiss tersebut memberikan pernyataan itu, dalam kurun waktu 3 hari pasangan EUR/CHF turun di bawah level 0.99 an dari sebelumnya yang masih di kisaran 1.2000, dengan total penuruan mencapai lebih dari 2000 pips dalam satu periode waktu yang singkat.
Dalam beberapa laporan, banyak sekali broker kecil “menutup” usaha mereka sebagai pialang forex. Selain itu banyak juga trader-trader yang juga mengalami stop out meski sudah menempatkan fitur stop loss guna meminimalkan resiko kerugian. Namun karena pada kondisi saat itu pasar sedang mengalami volatilitas yang sangat tinggi dalam waktu yang relatif singkat, fitur tersebut menjadi tidak berfungsi.