Inflasi adalah kenaikan harga pokok pada umumnya. Banyak masyarakat atau konsumen menganggap inflasi adalah sebuah ‘kerugian’ , namun ada juga beberapa yang menganggap inflasi sebagai keuntungan. Sebelum kita membahas tentang konsekuensi atau dampak dari sebuah inflasi, mari kita bahas sedikit banyak apa penyebab inflasi.
Penyebab Inflasi
Monetary Infaltion
Inflasi jenis ini disebabkan oleh meningkatnya pasokan uang (uang kertas, uang logam, deposito, obligasi jangka pendek) oleh suatu bank sentral yang berwenang dalam menciptakan/mengeluarkan uang.
Biasanya inflasi moneter dianggap sebagai suatu kesalahan dari negara terkait seringnya menggunakan sistem dari “mencetak uang” untuk mengurangi jumlah hutang publik untuk melunasinya.
Inflasi dari biaya impor
Inflasi jenis ini disebabkan oleh naiknya bahan baku impor yang tercermin dari mahalnya harga jual sebuah produk yang sudah jadi.
Ambil contoh ban yang di produksi dari minyak. Jika harga minyak sedang naik, maka perusahaan yang memproduksi ban akan mendapatkan biaya produksi yang lebih tinggi, oleh karena itu mereka harus menaikan harga jual ban untuk menutupi harga produksi.
Jika setiap bahan baku naik, maka perusahaan seketika akan meningkatkan harga produk mereka, namun jika harga produk terus meningkat maka sangat sulit untuk mempertahankan harga jual dan akan semakin berkurangnya daya beli dari para konsumen.
Inflasi dari Permintaan
Inflasi jenis ini merupakan inflasi yang berkaitan dengan sebuah produk sehingga produk yang lain juga terkena imbasnya. Kita ambil contoh ban. Ketika harga produksi dan harga jual ban meningkat, maka otomatis harga jual sebuah mobil juga meingkat, begitu juga sebaliknya. Karena mobil dan ban saling berkaitan maka jika salah satu terjadi kenaikan harga, maka yang lain juga akan mengikuti sesuai dengan permintaan.
Inflasi dari melemahnya mata uang
Setiap mata uang tentu menjadi alat pembayaran yang sah dari nilainya. Dipasar keuangan, kurangnya kepercayaan dari suatu mata uang menyebabkan turunnya nilai dari mata uang tersebut.
Contohnya jika para investor waspada dan tidak terlalu berminat terhadap Euro untuk beberapa alasan, maka Euro akan terdepresiasi terhadap mata uang lainnya. Dalam kasus ini, maka hal tersebut akan mendorong inflasi di negara-negara yang menggunakan Euro. Pada prakteknya, akan dibebankan biaya lebih mahal di negara-negara yang menggunakan Euro ketika akan mengimpor barang dari negara lain yang tidak memakai Euro.
Inflasi karena Kebijakan Moneter
Suku bunga yang diturunkan secara mekanis akan meningkatkan inflasi. Pada kenyataanya disatu sisi mata uang akan mengalami depresiasi karena fenomena carry trader, dan di sisi lain bank-bank komersial akan beramai-ramai meminjam dari bank sentral. Kemudian, bank-bank komersial akan memberikan pinjaman kepada para pelaku ekonomi dengan tujuan untuk memutarkan uang. Tapi jika hal tersebut tidak terkendali maka akan terjadi inflasi.
Dari kesimpulan di atas, penyebab inflasi bukan hanya terjadi dari satu faktor tetapi juga dari beberapa faktor yang tidak disebutkan di atas. Sehingga ketika terjadi inflasi maka akan sulit untuk menurunkannya.
Konsekuensi atau Dampak Inflasi
Upah/Gaji Meningkat
Di negara-negara maju, upah/gaji diukur dari tingkat harga. Jadi jika inflasi naik 3%, maka gaji/pendapatan juga harus tumbuh 3%. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga tingkat daya beli dari para konsumen/masyarakat. Memang dalam prakteknya, menghitung indeks harga konsumen / Consumer Price Indeks sering terjadi ketidak-cocokan. Dalam perhitungan indeks ini dilakukan ketika para konsumen membelanjakan uang (gaji/upah/pendapatan) mereka dengan membeli barang-barang kebutuhan, sehingga biaya yang lainnya tidak ikut terhitung. Contoh saja biaya sewa dan sejenisnya.
Jika upah/gaji dinaikan lebih cepat dari tingkat harga kebutuhan pokok, maka akan membuat sektor rumah tangga menjadi lebih ‘kaya’ dan terjamin. Sebaliknya,tingkat harga naik lebih cepat dibanding kenaikan upah, maka akan ada kurangnya daya beli dari masyarakat.
Pengurangan Nilai Hutang Bagi Debitur
$1 saat ini tidak sama nilainya dengan $1 di masa depan. Dalam kasus inflasi, $1 akan berkurang nilainya seiring waktu berjalan. Kita ambil contoh, jika Anda mempunyai pinjaman bank dengan suku bunga tetap atau Fix Rate, jumlah tagihan pada setiap bulannya akan tetap sama. Inilah salah satu alasan kenapa pemerintah AS menciptakan moneter. Inflasi diciptakan untuk mengurangi beban utang publik bahwa negara harus membayar kepada para krediturnya.
Sebaliknya bagi para kreditur hal tersebut tentu akan menjadi kerugian bagi mereka. Karena nilai utang akan dibayar dengan mata uang yang sama yang nilainya berkurang disaat waktu peminjaman diberikan.
Demikian juga dengan sektor rumah tangga. Mereka (Masyarakat umum) yang mempunyai pinjaman dengan tingkat suku bunga variable tentu nilai pembayaran dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga bank sentral. Misal saja, ketika Anda hendak meminjam kepada bank dengan bunga 0.50%, maka setiap bulannya Anda diwajibkan membayar cicilan pinjaman beserta bunganya sebesar 0.50%. Kemudian pada suatu hari bank sentral menaikan suku bunga mereka menjadi 0.75%. Tentu saja hal tersebut akan membebani para peminjam karena mereka kemudian harus membayar cicilan pinjaman dengan bunga 0.75% atau naik 0.25%.
Meningkatkan Nilai Ekspor
Inflasi bisa juga memberikan dampak bagi sektor ekspor. Memang inflasi menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi atau berkurang nilainya terhadap mata uang negara lain. Di sisi lain hal tersebut tentunya akan memberikan keuntungan bagi para pengimpor untuk membeli produk ekspor lebih banyak dan harganya menjadi lebih murah. Tentu saja jika diambil kesimpulan maka inflasi dapat meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara dimana permintaan nilai ekspor yang lebih besar tentunya akan menciptakan lapangan kerja baru untuk memenuhi permintaan tambahan produk ekspor tersebut.
Sebaliknya inflasi akan dirasa sangat buruk jika terjadi pada negara importir di mana negara tersebut harus membayar lebih mahal untuk membeli produk impor dari negara lain. Kita sudah tahu bahwa inflasi membuat mata uang domestik menurun nilainya terhadap mata uang negara lainnya. Jika suatu negara memiliki ketergantungan produk impor yang tinggi seperti produk energi, tentu saja negara tersebut harus membayar beberapa kali lipat dari nilai konversi mata uang domestik dengan mata uang negara eksportir.
Patokan Kestabilan bagi Perekonomian Negara
Inflasi bisa diartikan untuk pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Namun, inflasi harus moderat dan tidak boleh terlalu tinggi dari tingkat pertumbuhan PDB (Rate of GDP growth). Tingkat pertumbuhan riil suatu negara yang bisa dikatakan stabil dapat dihitung sebagai berikut : Rate of GDP growth – laju pertumbuhan inflasi
Jika hasilnya inflasi lebih tinggi dari laju pertumbuhan data PDB, maka ekonomi riil akan mengalami resesi.
Meningkatkan Nilai bagi Para Pemegang Aset
Inflasi memberikan keuntungan bagi para asset holders atau para pemilik aset, seperti contohnya adalah para pemilik properti. Ya, Inflasi dapat meningkatkan nilai properti. Jika Anda mempunyai bisnis di sektor properti, maka Anda akan mendapatkan keuntungan yang cukup berlipat. Memang, jika inflasi terjadi maka harga-harga barang dan jasa akan melonjak tinggi, begitu juga dengan harga aset-aset yang dimiliki publik lainnya. Hal tersebut akan membuat para investor membayar lebih mahal untuk bisa membeli properti atau aset yang Anda miliki.