Pengertian Brexit
Brexit adalah singkatan dari Britain dan Exit yang kemudian disingkat menjadi Brexit. Hal ini seperti kejadian beberapa waktu lalu yang dilakukan oleh Yunani dengan singkatan Grexit (Greek Exit).
Brexit merupakan sebuah wacana dimana Inggris menyatakan akan meninggalkan/keluar dari Uni Eropa atau tidak sehingga diadakan pengambilan suara (referendum) yang dilakukan oleh para warga negara Inggris dan 18 warga negara Commonwealth.
Tentang Brexit Dan Pengaruhnya
Referendum Brexit saat ini menjadi suatu hal yang sangat penting bagi para trader forex khususnya yang melakukan trading dengan mata uang GBP (Poundsterling). Pengambilan suara/referendum ini akan diadakan pada Kamis 23 Juni waktu setempat dimana akan ada pengumuman keputusan Inggris Raya tetap bergabung dengan Uni Eropa atau keluar.
Pada awalnya, Perdana Menteri Inggris David Cameron berjanji akan mengadakan referendum jika ia berhasil memenangkan pemilihan umum 2015 ketika menanggapi para anggota parlemen bahwa Inggris tidak mempunyai hak suara di Uni Eropa sejak tahun 1975. Pada saat itu Cameron menyatakan “Ini saatnya bagi warga negara Inggris untuk mengambil hak suaranya. “Ini adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan urusan Uni Eropa dalam politik Inggris”.
Warga Negara Inggris, Irlandia dan lebih dari 18 warga negara Commonwealth lainnya yang tergabung dalam Inggris raya siap mengambil keputusan apakah Inggris tetap tergabung di dalam Uni Eropa atau meninggalkannya pada 23 Juni nanti (-2016).
Brexit adalah suatu agenda politik yang penting dan dapat memberi dampak terhadap pasar keuangan Eropa nantinya. Pada Januari David Cameron berusaha membuat kesepakatan dengan para pemimpin Uni Eropa untuk mengubah kedudukan keanggotaan Inggris di Organisasi negara-negara Eropa tersebut. Dia mengatakan bahwa kesepakatan yang adil adalah jika ingin Inggris tetap tergabung di dalam Uni Eropa maka Inggris harus mendapatkan status “khusus” dari 28 negara anggota lainnya. Dimana hal tersebut akan membuat hak suara Inggris dipertimbangkan oleh negara anggota lainnya, seperti tingkat imigrasi yang tinggi dan menyerahkan Inggris untuk mengontrol perkembangan usahanya sendiri dalam segala aspek.
Para analis dan ekonom sedikit menyindir dari isi kesepakatan tersebut, dimana kesepakatan itu akan membuat perbedaan yang tidak lebih baik dari apa yang telah Cameron janjikan yaitu referendum.
Poin utama dalam kesepakatan tersebut diantaranya :
- Pembayaran Kesejahteraan Imigran : Cameron menyatakan akan memotong nilai keuntungan dari para pekerja yang berasal dari Uni Eropa saat mereka mendapatkan pekerjaan di Inggris dan dapat menghentikan jumlah orang yang datang di Inggris dalam jumlah besar. Para pendatang baru tidak akan mendapatkan klaim kredit pajak dan tunjangan kesejahteraan lainnya.
- Mempertahankan Poundsterling : Cameron mengatakan bahwa Inggris tidak akan bergabung dengan negara-negara Uni Eropa menggunakan mata uang Euro dan tetap mempertahankan mata uang Poundsterling. Dia juga menjamin bahwa negara-negara Eropa lainnya tidak akan mendiskriminasi Inggris karena menggunakan mata uang yang berbeda. Semua mata uang British lainnya yang mengalami Bail Out dari negara Eropa yang memiliki masalah akan segera diganti dengan mata uang lain.
- Tunjangan Anak : Para buruh Imigran masih dapat memberikan tunjangan anak ke negara asalnya, dimana biaya tunjangan diambil dari patokan biaya hidup dari negara asal, bukan dari Inggris.
- Industri London : Perlindungan bagi industri jasa keuangan di Inggris yang berpusat di London secara penuh dikontrol oleh Inggris sendiri, sehingga Eropa tidak perlu ikut campur terhadap segala urusan keuangan yang terjadi di Inggris.
- Menjalankan usaha Sendiri : Untuk pertama kalinya komitment bahwa Inggris bukan negara serikat dengan negara-negara anggota Eropa lainnya. Cameroon ingin menerbitkan peraturan yang menjamin tidak akan adanya campur tangan dari luar Inggris terhadap setiap usaha yang dilakukannya. Sehingga Inggris mampu menjalankan setiap usaha mereka sendiri.
Sebagian warga negara Inggris menginginkan keluar dari Uni Eropa, namun setengahnya menyatakan ingin terus tergabung bersama Uni Eropa, yang membuat hasil saat ini sebelum referendum masih berimbang. Banyaknya tuntutan dari Inggris membuat Uni Eropa terlalu berat untuk mengabulkannya.
Biaya keanggotaan senilai miliaran pound yang disetorkan per tahun, sedikitnya hak kontrol terhadap wilayah perbatasan, dan terlalu banyak jumlah imigran yang datang ke Inggris membuat Inggris harus mengambil wacana tentang keluarnya mereka dari Uni Eropa. Hal tersebut tentu berlawanan dengan aturan yang digunakan oleh negara anggota Eropa, seperti misalnya warga negara Uni Eropa tidak perlu menggunakan VISA untuk pergi dan tinggal di negara Eropa lainnya. Selain itu Inggris ingin mandiri dan berdiri sendiri, yang pada akhirnya mereka juga menolak sebuah wacana didirikannya negara gabungan “United States of Europe”.
Selain beberapa faktor yang menjadi penyebab Inggris ingin keluar dari Uni Eropa, namun ada juga faktor yang sebenarnya menguntungkan Inggris untuk tetap bertahan di Uni Eropa.
David Cameron sebagai Perdana Menteri Inggris menyatakan bahwa ia ingin Inggris tetap bersama Uni Eropa, dengan syarat permintaan dan kesepakatan yang ia tuntut diterima oleh Negara anggota Eropa lainnya. Selain itu Partai Buruh, SNP, Plaid Cymru dan Lib Dems juga mendukung Inggris untuk tetap bergabung. Disisi lain, Barack Obama juga menginginkan Inggris untuk tetap bersama Uni Eropa seperti Perancis dan Jerman.
Penjualan barang-barang Inggris ke negara-negara Uni Eropa sangat mudah, serta aliran imigran dalam jumlah besar dimana sebagian besar adalah anak muda yang ingin bekerja di Inggris bisa menjadi pondasi kuat dalam pertumbuhan ekonomi menjadi faktor penting bagi Inggris untuk tetap tergabung di Uni Eropa. Selain itu status Inggris di mata dunia dianggap lebih aman bersama 28 anggota negara lainnya dibanding jika berjalan sendirian merupakan faktor penting bagi Inggirs untuk tetap bertahan.
Pengaruh Brexit terhadap perekonomian sangat besar, khususnya bagi Uni Eropa. Jika Inggris masih tetap tergabung dengan Uni Eropa perputaran bisnis menjadi lebih mudah. Perpindahan uang, imigran dan produksi dari Inggris ke antar negara Eropa bukan menjadi masalah dan tidak perlu berbelit-belit. Inggris dikenal sebagai salah satu poros perputaran ekonomi di dunia, itu artinya Uni Eropa juga sangat membutuhkan Inggris.
Dampak jika Ingris keluar dari Uni Eropa
Selain memberikan dampak pergerakan GBP dengan volatilitas tinggi, trend jadi tidak menentu. Menurut para analisis bank-bank besar, jika Inggris keluar dari Uni Eropa inilah dampak terburuk bagi GBP:
Goldman Sachs: Pound berpotensi kehilangan 20% dari nilainya saat ini. Bahkan berkemungkinan merosot sampai posisi 1.20 terhadap Dolar jika sentimen negatif juga memperburuk hasil referendum. Terinterupsinya aliran dana investasi yang masuk ke Inggris menjadi salah satu faktornya.
Bank of England : Pada pertemuan terakhirnya pada awal Februari lalu mereka menyimpulkan kekhawatiran Brexit akan membebani Pounds di masa mendatang. Investor kini lebih mengamati hasil referendum dan tidak memperdulikan fundamental lainnya. Perlemahan Pound yang terjadi sebelum hasil referendum diumumkan disebabkan karena meningkatnya penghindaran aset beresiko dan beralih ke aset aman seperti emas atau mata uang safe haven.
Nomura juga ikut ambil suara. Dia memperingatkan bahwa Brexit bisa saja mendorong Inggris masuk resesi. Sedangkan UBS memperkirakan Inggris akan kehilangan 0.6-2.8% dari total GDP-nya.
3 bank besar seperti JP Morgan, Deutsche Bank dan HSBC pun juga mengatakan akan memindahkan kantor pusat mereka jika Inggris benar-benar keluar dairi Uni Eropa. Hal tersebut tentu akan memberikan dampak pemutusan kerja, bertambahnya pengangguran dan kerugian secara finansial bagi Inggris. Lebih para lagi, Citibank memprediksi Inggris akan kehilangan 75,000 lapangan pekerjaan jika benar-benar memututskan keluar dari Uni Eropa.
Di satu sisi, ini bisa jadi cuma langkah bank-bank besar untuk menakut-nakuti massa saja, mengingat mereka selama ini telah menggunakan Inggris sebagai landasan ekspansi di Eropa, dan bisnisnya bisa sedikit terganggu jika Brexit terjadi. Perlu dicatat bahwa London adalah pusat perdagangan forex dunia, dimana 40% transaksi dunia dilakukan. Inggris juga pusat perdagangan komoditas dan derivatif.
Jadi, ancaman akan keluar dari Inggris pun bisa jadi ya hanya ancaman. Dibanding ini, hitung-hitungan Open Europe diatas tadi, dampaknya akan bergantung pada kesepakatan pasca Brexit atau proses resmi keluarnya Inggris masih lebih masuk akal.
Namun di lain pihak, pendapatan sektor perbankan penting bagi Inggris, karena sektor finansial merupakan salah satu kunci penggerak perekonomiannya. Sekitar 8 persen GDP Inggris berasal dari sektor finansial, dan sektor itu pun menyerap sekitar 3 – 4 persen tenaga kerja di Inggris.