Salah satu indikator fundamental yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi di sebuah negara adalah Consumer Price Index atau biasa disebut dengan CPI. Di Indonesia sendiri CPI disebut sebagai Indeks Harga Konsumen (IHK).
Angka yang ditunjukan pada data CPI menjadi informasi pada perubahan level harga yang terjadi di kalangan konsumen. Biasanya angka ini disebutkan dengan satuan persen, contohnya rilis angka CPI 2% yang berarti telah terjadi kenaikan harga untuk konsumen sebesar 2%.
Mari kita ulas tentang indikator ekonomi Consumer Price Index (CPI) ini secara lebih detail lagi.
Memahami Indikator Consumer Price Index (CPI)
Consumer Price Index (CPI) adalah tolak ukur dari perubahan harga untuk sekelompok barang dan jasa yang di beli oleh konsumen (bisa disebut sektor rumah tangga) di suatu negara seperti harga bahan bakar, pangan, transportasi dan kesehatan.
Perhitungan dilakukan dengan menghitung perubahan harga untuk setiap item barang pada kelompok barang dan jasa yang telah ditentukan, lalu dihitung dan dicari angka rata-ratanya (median).
Tujuan memantau perubahan pada CPI digunakan untuk:
- Memahami nilai riil dari gaji, pensiunan dan lain-lain.
- Mengetahui perubahan biaya hidup.
- Mengidentifikasi terjadinya inflasi atau deflasi, yaitu tingkat kenaikan dan penurunan harga suatu barang dan jasa secara terus menerus dalam satu periode.
Statistik CPI itu sendiri dibuat dengan sampel harga yang dikumpulkan secara berkala dan kemudian laporan diumumkan dalam satu periode tertentu seperti satu bulan, satu kuartal, satu semester dan satu tahun sekali.
Di banyak negara, sensus penduduk dan CPI adalah dua laporan statistik yang paling banyak dipantau karena terkait tingkat hidup masyarakat secara umum.
Bagi pemerintah, CPI bisa menjadi salah satu pengukur dalam menentukan standar upah minimum, besarnya tunjangan dan kebijakan lainnya yang terkait sektor pekerja dan buruh.
Bagi bank sentral sebagai otoritas moneter, CPI adalah data yang digunakan untuk memantau perubahan inflasi dan deflasti yang pada akhirnya akan menentukan apakah mereka akan menaikan atau menurunkan tingkat suku bunga – serta tindakan moneter lainnya.
Oleh karena itu, para trader dan investor mengamati secara laporan CPI ini dari negara asal mata uang diperdagangkan.
Meski CPI identik dengan inflasi maupun deflasi, sebenarnya CPI hanya mengukur perubahan harga yang dialami oleh masyarakat dan bukan satu-satunya indikator inflasi.
Selain CPI, ada juga indikator Producer Price Index (PPI) yang mengukur perubahan inflasi dari sisi sektor produksi, Indeks Biaya ketenaga kerja yang mengukur inflasi di sektor pasar tenaga kerja, harga impor dan ekspor untuk harga yang masuk dan keluar negeri, serta Deflator GDP untuk mengukur inflasi yang dialami individu, pemerintah dan lembaga lainnya.
Meski ada banyak indikator ekonomi yang mengukur inflasi, bagi para trader forex CPI lebih sering diamati karena memiliki dampak paling besar pada mata uang.
CPI sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu CPI Inti (Core CPI) dan CPI total. CPI inti tidak memasukan hitungan pada kategori pangan, harga energi dan bahan bakar karena memiliki perubahan harga secara berkelanjutan.
Rilis data CPI (m/m) dinyatakan dalam satuan persen mengukur perubahan inflasi selama satu bulan terhitung dari bulan sebelumnya. Sementara CPI (y/y) mengukur perubahan inflasi dalam 12 bulan terakhir sampai periode satu bulan sebelumnya.
Dampak Perubahan CPI Terhadap Nilai Mata Uang
CPI berupa angka yang mengukur tingkat perubahan harga di kalangan konsumen. Jika terjadi kenaikan harga barang dan jasa bagi konsumen, maka angka inflasi akan menunjukan kenaikan.
Kenaikan inflasi tentu akan cenderung membuat bank sentral merubah kebijakannya, salah satunya adalah dengan cara menaikan suku bunga untuk mengimbangi laju inflasi. Kenaikan suku bunga biasanya akan cenderung menguatkan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan.
Sederhananya, jika CPI naik maka ada kenaikan inflasi – kenaikan inflasi akan membuat bank sentral menaikan suku bunga – kenaikan suku bunga memperkuat nilai mata uang. Jadi CPI naik, mata uang cenderung menguat, seperti itu kira-kira.
Akan tetapi perlu untuk diketahui, kenaikan dari CPI tidak selalu dibarengi dengan naiknya nilai mata uang. Selalu ikuti perkembangan dari bank sentral. Jika bank sentral tengah mengawasi perubahan di sektor inflasi, maka CPI bisa menjadi salah satu faktor fundamental penggerak mata uang.
Pengaruh CPI Bagi Para Investor
Tentu saja jika bank sentral selalu mengawasi perubahan inflasi dan CPI, maka para investor pun juga begitu.
Laporan tersebut tentu juga akan berdampak pada pasar ekuitas dan obligasi karena pada dasarnya semua pasar keuangan selalu bergerak ketika bank sentral melakukan suatu tindakan.
Para investor juga sama seperti trader yang ingin mencari pertanda apakah bank sentral akan menaikan suku bunga atau merubah kebijakan lainnya di masa mendatang setelah adanya perubahan pada data CPI.
CPI sendiri digunakan untuk memantau mekanisme perubahan pada arus kas (dana pensiun, layanan kesehatan, penyesuaian biaya asuransi dsb). Akibatnya sebagian besar investor akan mewaspadai perubahan CPI karena semuanya saling berkaitan.
Sementara itu bagi masyarakat biasa pada umumnya, CPI dianggap sebagai ukuran tingkat pengeluaran keluarga atau individu dan tentunya akan mempengaruhi sektor daya beli masyarakat.
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa CPI ialah perubahan harga rata-rata pada tingkat konsumen untuk jenis barang dan jasa tertentu.
Di Amerika Serikat sendiri, CPI dilakukan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja atau Bureau of Labor Statistics (BLS) yang menggunakan angka acuan dasar untuk tingkat perubahan harga atau perubahan indeks rata-rata selama 36 bulan. Angka acuan dasarnya adalah 100.
Selanjutnya BLS akan melakukan pengukuran dengan formula jika CPI sebesar 110 berarti ada kenaikan sebesar 10% dan jika CPI 90 berarti ada penurunan sebesar 10%. Tentu saja hasil pengukuran tersebut tidak dilakukan berdasarkan data rinci dan detail, namun diasumsikan cukup untuk mewakili perubahan tingkat harga secara dasar.
CPI diukur berdasarkan setiap kategori barang dan jasa dan kita akan menggunakan data yang digunakan BLS sebagai contoh di bawah ini.
Kategori pengelompokan barang/jasa digunakan untuk data CPI meliputi:
- Makanan dan minuman sehari-hari.
- Biaya rumah (harga sewa dan kontrak rumah atau apartemen serta harga furnitur).
- Pakaian, perhiasan dan aksesoris.
- Fasilitas transportasi (harga mobil baru, tiket transportasi umum, harga bahan bakar, asuransi kendaraan).
- Fasilitas kesehatan (obat-obatan, biaya dokter umum, biaya inap rumah sakit).
- Hiburan dan rekreasi (harga untuk langganan televisi, hewan peliharaan, peralatan olahraga, mainan anak, tiket pariwisata).
- Fasilitas pendidikan dan komunikasi (biaya sekolah atau perguruan tinggi, biaya intermet, telepon, komputer dan peralatan komunikasi lainnya).
- Barang dan jasa lainnya (salon dan perawatan tubuh, produk tembakan dan turunannya, biaya pemakaman).
Ingat, kelompok data di atas diambil dari BLS yang artinya kategori yang berlaku di Amerika Serikat. Sebagian besar negara maju juga akan mengelompokan CPI kurang lebih seperti itu namun akan sedikit berbeda dengan negara berkembang karena setiap negara memiliki tingkat kebutuhan primer yang berbeda satu dengan yang lain.
Seperti yang telah disebutkan di atas, pemerintah dan bank sentral terus memantau perubahan CPI dari waktu ke waktu sebagai salah satu pengukur utama untuk mengetahui perubahan pada inflasi. Saat menentukan tingkat suku bunga, bank sentral akan melihat perubahan indikator CPI, PPI serta indikator inflasi lainnya.
Sebagai trader dan investor, Anda harus mengikuti perkembangan dari data CPI yang diterbitkan setiap bulan karena dampaknya cukup tinggi terhadap nilai mata uang.